Minggu, 03 Februari 2008

 

Si Buyung Terpana

Si Buyung mengarungi lautan menuju Kota Tua Tanjungpinang, dengan penuh keyakinan si Buyung menapakan kaki di pelabuhan Sri Bintan Pura, setelah 60 menit perjalanan sampailah si Buyung di kota penuh harapan. Kota Tanjungpinang sudah lama di dengar, dari cerita-cerita teman semasa kuliah di negeri antah berantah. Namun baru pertengahan 2006 Si Buyung menampakan kakinya.

Saat penampakan kaki di Kota Tua Tanjungpinang, si Buyung terpana melihat Kota Kecil yang penuh dengan kesesakan dan gedung-gedung tua. Berbeda dengan bayangan di benak si Buyung dimana Tanjungpinang itu penuh dengan kemegahan, karena merupakan pusat kota kabupaten kepri dulunya yang sekarang menjadi ibu kota Provinsi Kepri.

Yang membuat si Buyung lebih terpana, karena kota dengan penduduk 120 ribu orang tersebut, banyak dipenuhi transmigran yang bekerja di industri seks yang tersebar si sepanjang Kota dengan luas 16 kilo meter persegi tersebut. “Ternyata benar kota ini penuh dengan industri seks,” gumam Si Buyung.

Beberapa hari berada di Kota Tua, Si Buyung memulai pertualanganya. Dengan kesendirian, hidup si buyung menjadi bebas tanpa control dan peraturan. Si Buyung bebas bak kelelawar menuju pabrik-pabrik seks yang ada. Mulai dari pabrik terbesar yang menyediakan ratusan “Ayam” yang disebut dengan Lokalisasi Batu 15, hingga tempat massage tradisonal yang menyediakan belasan “ayam” yang siap dinikmati. Untuk menyegarkan ingatan lokalisasi 15 pernah ditutup oleh Polresta Tanjungpinang November 2006, namun beberapa kemudian di buka kemabali oleh Walikota Suryatati A Manan dengan kedok pujasera.

Si Buyung memulai penelitiannya tentang Sosiologinya, saat matahari tengelam si buyung mulai bersiap dengan pakain necis dan beberapa uang limapuluhan berlogo HM Soeharto. Dnegan sepatu kulit dan jaket kulit, Si Buyung menghipkan sepeda motor merk Tionghioanya menuju Pabrik Batu 15.

Pertama si Buyung berkeliling di depan café-café permanent yang menyediakan kamar-kamar kecil didalamnya. Si Buyung melihat sebuah café dengan gemelap lampu dan musik disko yang menarik perhatianya. Di depan tertulis gunakanlah kondom, demi nyaw anda. Sebagai peringatan bawha penyakit mematikan HIV-AIDS memang sudah menyerang wilayah Kota Tua yang kabarnya memiliki peringkat 3 di NKRI.

Saat menginjakan kaki di café penuh lampu warna merah dan dentuman alunan musik disko tersebut, Si Buyung memilih duduk di meja pojok yang sinaran cahaya agak meredup. Beberapa detik menghempaskan pantanya di kursi kayu, dating seroang cewek mengenakan celana pendek dengan dandanan mengoda. “Mau minum apa Mas,” ujar cewek tersebut dengan nada mengoda.

Si Buyung yang belum sempat meneangkan diri melihat paha putih berjejer di sofa panjang, tertegun dan menjawab seadanya. “Minuman sehat saja,”. Dengan nada mengoda susu putih atau gantung mas…., jawab si Pramusaji.

Si buyung yang terpana kembali tertegun dan mengatakan dua-duanya. Sekitar lima menit berselang datang cewek lain membawa segelas susu panas dan langsung menghempaskan pantat besarnya di kusri yang bersebelahan dengan si Buyung.

Untuk menghilangkan keterpanaannya Si Buyung mengeluarkan sebungkus Comondore dari saku jaket kulitnya. Mulailah si Buyung mengisap rokok putih tersebut, untuk menenangkan diri.

Mulailah si Buyung mengorek identitas si cewek. Namanya siapa Mbak, dengan lirikan mata si cewek mengacungkan tangan dan berkata namanya Citra asal Indramayu Jawa Barat, sebuah daerah yang tidak asing lagi di telinga si Buyung. Setalah lama mengobrol ngono ngini mulailah transaksi antara dua umat manusia yang berlainan jenis tersebut.

Si Citra menawarkan jasa pemuas nafsu dengan tariff sekali intim Rp 60 ribu dan menginap Rp 150 ribu. Sebuah harga yang cukup mahal bagi si Buyung, namun karena keingin tahuanya Si Buyung menyangupi. Beranjaklah mereka menuju kamar kecil berukuran 2X2 meter persegi, terlihat kasur yang rapid an sebuah almari plastic yang didalamnya terdapat lipatan kain yang tersusun rapi. Apa yang terjadi…. (sensor).

Si Buyung mulai mengorek cerita siapa sebenarnya Si Citra….
Wanita 25 tahun tersebut mengaku dirinya seorang janda yang harus menghidupi dua orang anaknya dari suami berbeda. Karena di daerahnya sangat sulit mencari pekerjaan Citra terpaksa melakoni pekerjaan tersebut.

Dia mengaku awalnya tertipu, karena saat akan berangkat ke Kota Tua dirinya dijanjikan pekerjaan di café sebagai pramusaji. Namun ternyata di Kota Tua bukan pramusaji saja yang harus ditekuni Citra, tetapi hingga melayani si lelaki hidung belang.

Semua sudah terlambat, mau berontak hati tak berdaya. Si germo telah membebankan si Citra dengan hutang jutaan. Sehingga dengan berat hati pekerjaan hina tersebut harus dilakoni, demi membeli susu bagi dua putranya di kampong dan menghidupi dua orang tuanya yang sudah renta.

Apa dikata, uang bokingan semuanya ditarik oleh si germo, untuk membayar hutang akomodasi ke Kota Tua dan mebayar orang yang telah menjual dirinya. Yang diharap hanya uang tip dari tamu yang mau berbaik hati, terhadap si janda….

Tunggu Kelanjutanya…..

Sabtu, 02 Februari 2008

 

Si Buyung

Seorang pemuda perantau, yang datang jauh-jauh dari negeri Antah Barantah. mencari kehidupan dan berpetualang mencari seks (mencari cinta kali), yang ia idam-idamkan setiap harinya. Si Buyung pemuda ramah, suka bergaul dan bekerja di sebuah organisasi sosial membuka tukak (borok) seseorang. Si Buyung pemuda paruh baya memulai pertualanganya, mencari jadi diri dan terdampar disebuah Kota Tua, tepatnya di Tanjungpinang Kepri.

Pada awal 2006 si Buyung mendarat dengan pesawat Sri Wijaya Air di Bandara megah Hang Nadim, Kota Industri Batam. Dengan tekad mencari pergaulan dan sosiologi (kebiasan masyarakat), Si Buyung dengan menenteng koper dan tas, berjalan menuju parkiran dan disana telah menunggu rekan lama yang sudah tiga tahun tidak bertemu, sebut saja si Turiak.

Dengan rasa kangen, si Buyung dan si turiak melepas kerinduan dan berjalan-jalan di Kota Batam yang penuh dengan gemerlap malam dan perlontean. Sedikit gambaran, Batam merupakan kota industri yang penuh dengan industri seks dan industri hiburan.

Beberapa hari si buyuang berada di Kota Industri Seks, kemudian menyebrang ke Kota tua Tanjungpinang, di kenal dengan Pusat Kerajaan Melayu Johor Pulau Penyengat. Kota Tua Tanjungpinang, juga dikenal dengan pusat budaya Melayu dan perjuangan melawan penjajahan Belanda. Disinilah Petualangan si Buyuang di mulai........

Selasa, 08 Januari 2008

 

halo

Selamat datang di Ogas Man Jambak
Disini akan diceritakan pertualangan Si Buyung di Kota Tua yang penuh dengan Industri Seks Komersilnya. Si Buyung seorang tokoh yang suka mengembara dengan keyakinan akan mendapatkan pengalaman-pengalaman menarik selama pengembaraanya. Selamat menikmati cerita kehidupan yang penuh dengan ketidak adilan........

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Berlangganan Postingan [Atom]